Pengikut

Cari

28 September 2010

N O M A D E N

Dalam hitungan bulan sudah 6 orang di lingkungan ku yang harus beralih tugas ke kota lain, bahkan harus menyebrang pulau. Beralih tugas sebenarnya hal yang biasa di lingkungan TNI, hal ini diperlukan demi peningkatan karier karena jabatan di tempat yang lama sudah tidak sesuai maka di perlukan penyesuaian jabatan di tempat lain. Selain itu apabila seorang anggota TNI mempunyai banyak pengalaman dengan berbagai macam jabatan dia akan mampu mengatasi berbagai macam masalah dalam pekerjaannya dengan baik itu yang diharapkan.
Tapi kenyataan ternyata tidak semudah kata-kata, beberapa waktu lalu aku menyaksikan bagaimana repotnya tetanggaku yang hendak pindah dari Makassar ke Jakarta.
Setelah cukup lama tinggal di Sulawesi itupun setelah berputar-putar dari Menado-Kendari-Makassar akhirnya sekarang temanku itu pindah ke Jawa, setelah menempuh suatu jenjang pendidikan untuk kenaikan pangkat dan jabatan.
Ada rasa bahagia karena jabatan suami akan meningkat tapi semuanya tidak sederhana. Seluruh keluarga harus ikut pindah termasuk sekolah anak-anak, dan kantor istri bagi yang bekerja. Untuk istri yang berstatus ibu RT mungkin tidak terlalu masalah. Tapi bagi istri yang bekerja ada beberapa pilihan yang sama susahnya, ikut pindah kantor juga kalau bisa atau tetap di kantor lama dengan konsekuensi tinggal berjauhan ( lain kota bahkan ada yg lain pulau ) dengan suami, atau mengundurkan diri dan memilih profesi sebagai Ibu RT. Semuanya membutuhkan pengorbanan besar dan masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Hidup adalah pilihan, masing-masing dari kita akan memilih yang terbaik menurut kita. Tapi adakalanya si istri ingin tetap bekerja tapi tidak bisa pindah pekerjaan dan dia juga ingin tetap tinggal bersama suami, dalam hal ini ada suami yang memilih tidak mengikuti pendidikan untuk menaikkan kariernya. Inipun juga suatu pilihan yang membutuhkan pengorbanan besar, paling tidak korban perasaan ketika teman yang satu letting pangkatnya lebih tinggi dengan jabatan lebih diatasnya, bahkan adik-adik letting sudah menyalip pangkatnya. Sekali lagi hidup adalah pilihan, kita harus siap dengan berbagai resiko atas pilihan yang kita pilih....
Sekarang masalah sekolah anak-anak, bagi yang dari Jawa pindah keluar Jawa tidak terlalu bermasalah karena mutu pendidikan di Jawa jauh lebih baik daripada yang di luar Jawa. Anak-anak tidak kesulitan untuk mengikutinya. Hanya mungkin terkendala maslah bahasa daerah yang berbeda. Itu yang terjadi pada anakku beberapa waktu lalu. Dari SDIT Ihsanul Fikri Mgl anakku pindah ke SDN Pampang II Makassar, dari hanya sekedar kelas unggulan dan bukan juara 1 , anakku langsung menjadi juara 1 bahkan sempat menyabot juara 1 OSN , dan maju ke tingkat propinsi..sayang dukungan , bimbingan dan perhatian dari pihak sekolah sangat minim sehingga tidak mampu maju ke tingkat nasional.
Tapi kepindahan sekolah anak akan menjadi berat apabila dari luar Jawa ke Jawa, itu pula yang terjadi pada anak-anak kakakku dari Kalimantan pindah ke Jawa. Membutuhkan waktu berbulan-bulan bagi keponakanku untuk bisa beradaptasi dengan pelajaran di sekolah barunya di Jawa. Itu pun dengan perjuangan keras belajar terus menerus dengan bimbingan guru privat untuk mengejar ketertinggalan dari rekan-rekan di Jawa. Memang harus kita akui kalau tingkat pendidikan di Indonesia ini tidak merata, itu semua dikarenakan SDM dan fasilitas yang berbeda.
Masalah lain yang gak kalah bikin pusing adalah masalah barang-barang kita. Untuk level jabatan yang sudah cukup tinggi memang tidak terlalu masalah karena disediakan fasilitas rumah dinas dengan isinya. tapi bagi level kebanyakan fasilitas itu tidak ada. Apa boleh buat harus memilih barang-barang di packing dan dikirim ketempat baru dengan biaya yang tidak sedikit. Karena menyewa container atau dikirm dengan truk apalagi harus masuk kapal dibutuhkan biaya berjut-jut...
Atau memilih menjual barang-barang dan membeli kembali di tempat baru..., tapi biasanya untuk barang yang sudah dipakai biasanya dijual murah dan untuk barang-barang yang tidak layak jual paling dibagi-bagi ke anggota dan tetangga... Bagaimanapun juga kita harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli barang-barang baru di tempat yang baru nantinya...
Hal berikutnya yang selalu kita pertanyakan bila pindah tugas adalah, " ada rumah dinas gak ya..? " Idealnya dimanapun kita bertugas rumah dinas sudah disediakan tapi kenyataannya tidak seperti itu, beberapa teman bercerita mereka harus mengganti biaya kepemilikan rumah dinas dengan dana yang tidak sedikit, ada yg dapat rumah dinas tapi kondisinya sudah sangat rusak sehingga harus merogoh kocek dalam-dalam untuk memperbaikinya. Bahkan ada yang tidak ada rumah dinas sama sekali sehingga harus mengontrak atau membeli bagi yang banyak duit. Tapi ada pilihan yang kadang bikin miris suami terpaksa memilih tinggal di kantor dan si istri dan anak-anak tinggal di rumah orang tua di kota lain, itu pula yang terjadi pada beberapa teman-temanku. Suami tinggal di kantornya di Jkt dan istri serta anak-anak tinggal di Semarang. Semua kerepotan ini tidak sebanding dengan UPD ( Uang Perjalanan Dinas ) yang di peroleh. UPD diterima beberapa bulan kemudian bahkan ada yg lebih dari 1 th kemudian, entah mengapa begitu lama baru turun. Itupun jumlahnya sangat kecil kadang-kadang hanya setengah bahkan kurang dari setengah biaya yang telah kita keluarkan. Sekali lagi aku tidak mengerti mengapa begitu kecil UPD yang diterima... apa memang kecil atau ada yang sengaja memotong aku juga gak tahu.., kalau ya..kok ya tega amat sih motong hak orang lain ? Pesanku untuk rekan-rekan yang suaminya belum pernah pindah tugas atau saat ini sedang mengikuti atau mempersiapkan mengikuti pendidikan apakah itu secapa, selapa, seskoad siapkan kantong setebal mungkin, rajin-rajin menabung bersyukurlah yang lahir di keluarga berekonomi kuat sehingga mampu membantu menopang perekonomian kita saat harus keluar biaya lebih saat pendidikan atau pindahan.
Issue tentang remunerasi untuk anggota TNI beberapa waktu lalu yang sempat mencuat sebenarnya sudah sangat layak untuk diterimakan. Entah mengapa sampai sekarang issue itu hilang bak ditelan bumi apa hanya dihembuskan saat menjelang Pemilu saja ? Gak tahu ah....
Untuk rekan-rekan di Komisi I DPR RI please..help me !! Perjuangkan nasib kami jangan mikir diri sendiri...

23 Maret 2010

MARI BELAJAR BICARA

Belajar bicara yang dimaksud disini bukan belajar bicaranya seorang anak umur 2 th yang baru mengenal kata-kata, tapi yang dimaksud dengan belajar bicara adalah berbicara di depan umum. Aku terinspirasi untuk menulis hal ini karena ada pesan yang masuk ke FB ku, seseorang menulis bahwa dia pernah melihatku menjadi MC di sebuah acara, dia seorang anggota persit baru dan ingin belajar menjadi MC yang baik. Seperti janjiku aku akan berbagi bagaimana menjadi MC bahkan lebih dari itu tapi bagaimana berbicara dan tampil di depan umum.
Kalo melihat aku sekarang tampil ke depan untuk berbicara, jangan di bayangkan 13 th yll. Saat berpacaran dengan anggota TNI gak kebayang kalo aku harus sering tampil untuk berbicara di depan umum. Makanya waktu habis menikah, dan datang di acara persit untuk pertama kalinya gak nyangka langsung di panggil ke depan untuk perkenalan. Sempat kelabakan karena gak siap, sebelumnya juga gak ada yang kasih tahu kalo bakalan di suruh tampil ke depan untuk memperkenalkan diri. Selama ini ngomong di depan 10 orang aja keringat dingin, apalagi harus ngomong di depan sekian banyak orang. Aduh....nervous abis deh....
Meskipun waktu itu aku tercatat sebagai karyawati Bank Swasta dan Alumni sebuah perguruan tinggi tertua di Indonesia tapi tidak jaminan aku akan cas cis cus di depan orang banyak dengan lancar. Tapi sekarang, hal tersebut sudah bukan masalah lagi tapi semua itu butuh proses dan kemauan untuk belajar.
Pada dasarnya aku seorang yang sangat pemalu dan jarang tampil ke depan umum. Semua berawal ketika mulai menjadi anggota Persit, di tulisan sebelumnya aku sudah bercerita bagaimana bakat menariku tergali saat menjadi Persit. Ketika pertama kali harus menari di depan Tamu ( Kalo tidak salah di Akmil ada kunjungan Tentara Malaysia) aku harus tampil bersama 5 orang temanku sebagai Penari pembuka, bener2 nervous... yang keringat dingin, gemetaran, sakit perut tapi.... perasaan itu hilang seketika waktu musik berbunyi dan kami mulai bergerak menari dan harus pasang wajah senyum ceria, karena kalo menari tapi wajah kita cemberut pasti tidak enak di lihat. Mata pun juga harus berbicara tidak boleh pandangan kosong karena kalo pandangan kita kosong kesannya kita tidak menari dengan hati. Sejak itu perintah untuk menari di berbagai kesempatan sering berdatangan dari acara HUT Persit hingga Acara Lepas Sambut Gubernur Akmil, juga berbagai macam lomba menari di dalam maupun luar kota, sering aku lakukan. Tapi seiring semakin bertambah jam terbang untuk tampil di depan umum, perasaan nervous itu sudah mulai berkurang. Aku punya cara tersendiri untuk menghilangkan nervous, yang pertama adalah pemanasan dengan menggerak-gerakkan badan jadi tidak hanya duduk atau berdiri menunggu waktu. Yang ke2 aku harus memastikan suamiku ada dan memberikan spirit...hahaha...yang ke2 ini agak aneh ya ? Karena ada temanku yang gak mau di tonton suaminya kalo tampil karena takut konsentrasinya buyar, tapi aku malah kebalikannya aku justru lebih percaya diri bila suamiku menungguiku menari. Dia juga komentator yang hebat, aku selalu minta pendapat tentang penampilanku. Maka demi bagusnya penampilanku, suamiku pasti bela-belain berdiri di pintu keluar panggung kalo nggak bisa dia pasti berusaha berada di tempat yang memungkinkan aku melihatnya waktu menari. Dan cara itu memang cukup jitu bagiku untuk tampil sebaik mungkin. Dan yang ketiga sudah pasti berdoa dan ambil nafas panjang terus dikeluarkan lewat mulut beberapa kali.
Kalo menari di depan umum sudah bukan masalah bagiku tapi bagaimana kalo berbicara ? Kesempatan itu datang secara tidak di sengaja, dalam suatu acara pertemuan Cabang, petugas yang seharusnya membaca doa berhalangan datang padahal acara sebentar lagi dimulai, maka tugas itu ditawarkan kepadaku tanpa latihan aku terima tawaran itu, sebelumnya aku cuma baca sekali..tapi hasilnya banyak orang memuji bahkan katanya aku lebih bagus dari petugas yang sebenarnya. Akibatnya aku jadi langganan membaca doa. Setelah beberapa kali menjadi pembaca doa , aku ditunjuk menjadi MC dalam acara Cabang kebetulan waktu itu Rantingku bertindak sebagai tuan rumah. Di akhir acara ibu Ketua cabang ( Waktu itu di jabat oleh Ibu Yulia Wibowo) beliau berkenan menyalamiku dan memuji suaraku bagus di depan para pengurus lain. Sejak itu aku selalu ditunjuk untuk menjadi MC baik cara pertemuan cabang, Sertijab, hingga pertemuan PCBS. Di samping itu aku juga mulai belajar untuk berani berbicara, caranya dengan....setiap ada kesempatan untuk bertanya misalnya di acara penyuluhan, pendidikan anggota dll aku selalu bertanya, kadang-kadang pertanyaan aku persiapkan dulu kalo aku sudah tahu topiknya ,tapi kalo belum aku berusaha mendengarkan dan bertanya hal-hal yang kurang jelas. Selain itu aku juga memberanikan diri untuk mulai mengisi pendidikan anggota dengan memberikan Penyuluhan Hukum sesuai disiplin ilmu yang aku miliki. Penyuluhan Hukum pertama yang aku sampaikan ke anggota adalah tentang KDRT (Kekerasan dalam Rumah tangga) tanggapan cukup positif terbukti banyak anggota yang bertanya kepadaku artinya mereka tertarik dengan apa yang ku sampaikan.
Seiring dengan berjalannya waktu dimana jabatan suami mengalami peningkatan sebagai Kepala atau Komandan, otomatis istri akan menjabat sebagai ketua Persit apakah itu ketua Persit Anak Ranting, Ranting ataupun Cabang. Maka sebagai ketua kita dituntut untuk sering tampil di depan anggota untuk memberikan pengarahan. Alhamdullilah, ketika jabatan itu harus aku emban tidak ada halangan yang berarti. Selama ini aku selalu mengamati ibu2 yang pernah menjadi ibu Ketua berbicara dan memberikan pengarahan. Dari sekian banyak orang yang aku amati, aku paling terkesan dan kagum dengan Ibu Yulia Wibowo, cara berbicara beliau sangat menarik meskipun berjam-jam berbicara tidak pernah kami bosan mendengarnya, dan yang lebih dari itu apa yang beliau sampaikan pasti sesuatu yang bermanfaat. Beruntung sekali aku kembali bertemu beliau di Makassar, waktu itu beliau menjabat sebagai wakil Ketua Persit PD VII/Wirabuana karena Bapak Wibowo menjabat Kasdam VII/Wrb. Dan di suatu kesempatan beliau mengadakan Pelatihan MC selama 3 hari, dan aku yang ditunjuk oleh Paldam untuk mengikutinya. Banyak ilmu yang aku dapatkan dari beliau dan itu sangat bermanfaat buatku. Beliau sendiri pernah mengikuti pelatihan MC dari KOes Hendratmo, pantas...ibu hebat sekali tidak ada duanya.....
Pesanku untuk adik2ku jangan pernah menolak setiap kesempatan yang di berikan untuk kita, karena semakin banyak jam terbang kita akan menambah kemampuan dan ketrampilan kita. Karena untuk tampil di depan umum kita butuh proses untuk menjadi baik.

Yang Harus Kita Siapkan sebelum berbicara di depan umum :
1. Berpakaian yang Rapi
Kalo pakaian kita rapi kita akan lebih percaya diri, jika pakaian yang kita kenakan tidak nyaman apakah itu warnanya sudah pudar, kekecilan, kedodoran atau kusut pasti kita tidak percaya diri sehingga tampilan kita tidak akan maksimal.
2. Siapkan Catatan
Sebelum tampil siapkan catatan cukup poin2 saja, kita boleh menulis semua apa yang harus kita sampaikan, tapi setelah kita pelajari kita ringkas kembali menjadi poin-poin yang penting saja. Karena kalo pandangan kita terus menerus ke catatan akan sangat tidak enak untuk dilihat, sekali-kali kita harus melihat ke arah hadirin. Terutama saat kita mengucap Yth.., Ykh..., pandangan kita arahkan pada ybs.
3. Selalu mengatur nafas
Terutama kalo kita membaca doa dan MC , gunakan nafas perut, intonasi diatur, jangan menggunakan dialek kedaerahan. Dengan banyak latihan kita dapat pelajari kapan kita harus ambil nafas, jangan sampai nafas kita terengah2 atau kehabisan nafas.
4. Siapkan materi
Dalam hal memberikan pendidikan anggota atau pengarahan kepada anggota, tentukan tema dan materi apa yang akan kita sampaikan, sehingga anggota memperoleh ilmu yang bermanfaat. Ini dapat kita lakukan dengan browsing di internet, atau dari buku2 bacaan atau majalah. Intinya wawasan kita harus luas.
5. Gunakan bahasa yang mudah
Anggota kita berlatar belakang pendidikan yang berbeda2, untuk itu gunakan bahasa yang mudah dimengerti, jangan menggunakan bahasa kampus yang sulit di mengerti orang umum. Pilih bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti. Untuk MC pilih kata2 yang sopan dan jangan menyinggung perasaan. Contoh : Bagi ibu2 yang menggunakan alat komunikasi genggam, kami mohon dengan hormat untuk tidak mengaktifkannya selama upacara berlangsung.
Jelas ini berbeda dengan : Bagi ibu2 yang membawa Hp harap dimatikan selama upacara berlangsung.
Meskipun maksudnya sama, tapi nilai rasanya berbeda.
6. Berkoordinasi dengan panitia
Ini terutama saat kita menjadi MC, sebelum mulai kita harus melaksanakan uji coba mic kalo belum terasa pas minta tolong panitia untuk menyetelnya. Karena kalo tidak pas pasti akan berpengaruh pada penampilan kita.
7. Jangan terlalu sering mengulang-ulang kata/cerita.
Adakalanya kita menemui ketua yang kesannya pintar sekali bicara, dia bicara terus menerus tanpa henti tapi yang disampaikan itu2 saja hal sama yang diulang-ulang akibatnya anggota bosan mendengarnya. Kalo perlu selingi dengan canda tawa biar tidak membosankan.
8. Ekspresi
Ketika kita harus tampil di depan umum sebagai apapun, kita harus tersenyum meskipun kita sedang banyak masalah tapi kita tidak boleh pasang muka jutek. Hindari marah-marah pada satu anggota saat kita memberikan pengarahan. karena ini akan mempermalukan anggota dan menunjukan kalo kita tidak bisa menahan emosi dan ini adalah contoh buruk untuk anggota.
9. Menjaga Sikap
Sikap tubuh kita juga harus dijaga, apakah berdiri tegak atau duduk tetap harus diatur tapi jangan kaku. Jangan melakukan hal-hal kecil yang mengganggu misalnya : mempermainkan bolpoint dipencet-pencet.
Kita boleh menggunakan bolpoint atau kertas sebagai pegangan untuk menghilangkan nervous tapi jangan mempermainkannya.
10. Sering-seringlah berlatih di depan kaca
Dengan sering berlatih kita akan tahu dimana letak kekurangan kita, apakah cara bicara kita, sikap kita ataukah wawasan kita yang masih terbatas. Karena pada intinya berbicara di depan umum adalah menyampaikan sesuatu dari kita untuk dimengerti olah hadirin. Apa yang kita sampaikan akan mudah dipahami, dimengerti dan mengenai sasaran jika kita menyampaikannya dengan bahasa yang sopan, dan bahasa yang mudah dimengerti oleh hadirin, didukung dengan ekspresi bersahabat penuh senyum dan sikap tubuh yang tepat.
11. Jangan lupa untuk berdoa
Sebelum tampil jangan lupa untuk selalu berdoa, dan ambil nafas panjang kemudian dikeluarkan lewat mulut lakukan berkali-kali sampai terasa ringan. Cara ini cukup ampuh untuk mengurangi demam panggung. Kalo perlu minum air putih dulu sebelum tampil.

Point2 penting yang harus diperhatikan saat memberikan sambutan perkenalan diri:
1. Cari tahu siapa yang di tuakan dalam acara tersebut.
Ini penting karena untuk mengucapkan : Yth...... ( hy 1 orang), selanjutnya dengan Ykh......
Sebagai Contoh : Yth. Ketua Persit KCK Cabang IV Slogdam PD VII/Wrb
Ykh.Wakil Ketua Persit KCK Cabang IV Slogdam PD VII/Wrb
Ykh. Para ketua Persit KCK Ranting 1 s/d 4 Cabang IV PD VII/Wrb
Para pengurus, anggota yang kami hormati pula
2. Mohon ijin untuk memperkenalkan diri : nama kecil, nama suami dan pangkat, jabatan suami, alamat rumah, jumlah anak, dan satu hal yang sering ditanyakan adalah hobi...
3. Mohon Bimbingan, petunjuk, arahan kepada Ibu Ketua dalam berorganisasi.
4. Memohon maaf apabila ada kata2 yang kurang berkenan.
5. Penutup

Ok...ini baru sebagian kecil yang harus dipersiapkan, masih banyak yang belum tergantung situasi dan kondisi. Mudah-mudahan bermanfaat...

12 Januari 2010

Orang Ke 2

Orang ke 2 adalah adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut wakil ketua, wakil pimpinan atau wakil komandan. Sebagian orang menghindari jabatan ini, jabatan wakil ketua yang berkesan jabatan bayang-bayang ketua memang tidak mudah . Aku terinspirasi menulis tentang orang ke 2 ini, setelah aku melihat di lingkunganku banyak sekali ketidak harmonisan antara orang pertama alias ketua dengan orang ke 2 atau wakil.
Dalam perjalanan karier seorang anggota TNI adakalanya dia harus melewati jabatan waka atau wadan, dan otomatis sang istri pun menjadi Wakil ketua Persit. Yang mau tidak mau-mau kita harus menerima jabatan tersebut.
Perselisihan antara orang pertama dan orang ke 2 tidak hanya terjadi di militer, tapi di masyarakat sipil pun kita sering menyaksikannya. Sebagai contoh , pada akhir masa jabatan presiden SBY dan Wakil presiden JK kita menangkap ketidak harmonisan ke2nya berdasarkan statment yang mereka keluarkan, juga di Sulsel hubungan antara Gubernur Amin syam dan Wakilnya Syahrul yasin Limpo sudah bukan rahasia lagi ketidak harmonisan keduanya bahkan berlanjut di persaingan Pilkada yang akhirnya di menangkan oleh SYL. Tidak hanya ditingkat Nasional tapi ditingkat regional hal demikian sering terjadi. Dan jika terjadi perseilisihan antara ketua dan wakil, yang jadi korban pasti anggota atau rakyat. Karena anggota bingung akan berpihak kemana, bahkan terkadang anggota terpecah menjadi 2, sebagian berpihak pada orang pertama dan sebagian berpihak pada orang ke 2.
Aku pernah merasakan menjadi orang ke 2 ataupun orang pertama yang mempunyai orang ke 2. Perselisihan akan timbul kuncinya ada di orang ke 2 yah...60 % lah, dari pihak ketua cukup 40 %. Aku akan berbagi bagaimana menghindari perselisihan antara orang  pertama dan orang ke 2, tapi sebelumnya aku akan mengulas sebab-sebab terjadinya perselisihan yang kadang-kadang menjalar menjadi perang dingin antara orang pertama dan orang ke 2. Penyebab utama biasanya karena orang ke 2 kurang memahami perannya. Dia tidak memahami bahwa posisinya hanyalah sebagai pemimpin cadangan. Seorang wakil hanya akan bertindak apabila ketua tidak berada di tempat, selama ada ketua maka ketualah yang berhak mengambil keputusan dan kebijaksanaan. Tapi yang sering terjadi wakil ketua bersikap berlebihan sehingga seolah-olah dalam suatu lembaga atau organisasi ada dua matahari yang bersinar.  Seorang wakil ketua tetap harus memohon petunjuk pada ketua dalam mengambil keputusan dan kebijaksanaan, kecuali dalam suatu kondisi dimana ketua tidak ditempat dan dalam kondisi darurat wakil ketua wajib mengambil keputusan yang tepat tapi tetap harus selalu memberikan laporan pada ketua.  Seringkali perselisihan dapat juga terjadi apabila orang ke 2 tidak mau membantu tugas orang pertama, ini biasanya karena kecemburuan sosial, dalam hal tanggung jawab orang pertama dan orang ke 2 hampir sama besar tapi dalam hal pembagian rejeki sangat jauh selisihnya.  Tapi adakalanya orang pertama tidak mau menghargai sama sekali dengan orang ke 2 nya, tidak mau berbagi rejeki, tapi soal pekerjaan banyak dibebankan pada orang ke 2. Seorang ketua yang arogan akan menyusahkan wakil dan anggotanya, apalagi kalo wakil di dukung anggota.  Dalam hal demikian seorang wakil tetap harus bisa menjadi jembatan penghubung antara ketua dan anggota jangan malah menjadi provokator dari anggota, menjadi orang ke 2 memang harus banyak sabar dan mengalah, jangan bertindak melampaui ketua, jangan menempatkan posisi sejajar dengan ketua, tapi selangkah di belakang ketua. Tetap belajar menjadi orang pertama tanpa harus bersikap melampaui wewenang. Karena percayalah suatu saat kita akan sampai ke posisi orang pertama hanya kita harus sabar ada masa-masa yang memang harus kita lalui terlebih dahulu....

08 Januari 2010

In Memoriam Bu Tiar

Nama suaminya pak Bahtiar, makanya dia dipanggil Bu Tiar. Sosoknya nggak ada yang istimewa, biasa saja sama seperti ibu-ibu yang lain. Berperawakan sedang, berkulit putih, gerakannya lincah dan gesit , dia tidak pernah marah selalu tersenyum dan tertawa. Di mataku bu Tiar sangat istimewa.
Akan aku ceritakan awal perkenalanku dengan Bu Tiar. Waktu itu di tahun akhir tahun 2006, aku baru saja melaksanakan Sertijab langsung mendapat tugas untuk menjamu tamu bintang satu dari Jakarta. Sebagai pejabat baru, bingung dan panik pastilah ini tugas pertamaku yang pasti akan jadi sorotan, kredibilitasku di mata atasan dipertaruhkan disini. Langkah pertama yang aku ambil adalah mengumpulkan seluruh istri perwira dan merencanakan untuk membuat suatu tim kecil. Dari rapat kecil itu tercetuslah nama Bu Tiar, semua merekomendasikan nama Bu Tiar. Waktu itu aku tidak tahu pasti siapa dia, yang aku tahu bu Tiar adalah salah satu anggotaku. Tanpa banyak tanya aku Acc Bu Tiar dilibatkan dalam Tim kecil kami walaupun dia bukan istri perwira. Dan ternyata malam itu acara berjalan lancar dan sukses, tidak ada teguran tapi pujian. Dan semua tidak lepas dari peran Bu Tiar, dia bergerak sangat lincah dan gesit, tanpa banyak instruksi yang aku berikan Bu Tiar sudah tahu apa yang harus dia kerjakan. Dia bekerja dengan sangat cepat dan rapi, pantas semua orang merekomendasikan dia.
Hari-hari berikutnya aku mulai mengenal Bu Tiar, dia istri seorang tamtama berpangkat Kopral dengan 4 orang anak. Bu Tiar belum genap 40 th tp dia menjadi anggota persit dalam usia yang masih sangat muda 16 th..!! Artinya dia sudah lebih 20 th bergabung di Persit. Sejak perkenalanku dengan Bu Tiar, hampir dipastikan Bu Tiar selalu aku libatkan dengan berbagai kegiatan Persit. Aku kagum dengan cara kerjanya, dia tidak akan berhenti bekerja sebelum semua pekerjaan selesai secara tuntas. Kebetulan kami tinggal di daerah terpencil, tapi justru itu kami sering mendapat kunjungan tamu dari pusat. Alhamdullilah semua itu dapat aku lewati dengan baik. Bu Tiar adalah salah satu andalanku, saat kami semua sudah kelelahan, Bu Tiar tetap bersemangat menyelesaikan semua tugas dia tidak akan berhenti sebelum semua beres. Dia bahkan tidak lupa untuk memikirkan hal-hal yang kadang tidak sempat aku pikirkan. Seperti halnya, disaat aku sibuk kadang aku lupa dengan diriku sendiri dan keluargaku. Tapi Bu Tiar tidak, dia selalu menyempatkan untuk memikirkan aku, anakku dan suamiku. Bukan itu saja dia juga selalu peduli dengan teman-teman yang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri. Ternyata semua orang di asrama kami sangat tergantung dengan Bu Tiar, tidak peduli apa pangkat suaminya. Setiap ada acara dirumah anggota , mereka selalu melibatkan Bu Tiar, dari mulai belanja, memasak, penyajian, hantaran bahkan sampai apa yang harus dibagikan bagi orang-orang yang membantu, tidak luput dari perhatian Bu Tiar. Itulah keiistimewaan Bu Tiar, dia selalu siap membantu siapa pun apakah itu atasan, teman-teman, bawahan, saudara bahkan masyarakat sekitar yang bukan siapa-siapa. Begitu tulus, ikhlas, dan tanpa pamrih. Bu Tiar tidak pernah mengeluh, selalu tersenyum, tertawa dan tidak banyak bicara. Sebenarnya tidak hanya di lapangan saja, di organisasipun tugas persit yang aku berikan ke Bu Tiar selalu dia kerjakan dengan cepat dan tuntas. Bagiku bu Tiar adalah ibu Persit teladan,walaupun dia tidak pernah menjadi ketua maupun ketua seksi, karena pangkat suaminya. Tapi dia sangat memahami setiap tugas di dalam Persit. Dia juga tidak pernah melupakan keluarganya, anak-anaknya terpelihara dengan baik, rumahnya selalu bersih dan rapi, bahkan aku pernah memberikan penghargaan pada rumahnya sebagai rumah terbersih dan rapi ( setiap bulan aku memberikan hadiah bagi rumah yang terbersih dan rapi, tujuannya agar anggota terpacu untuk membersihkan rumah ) Disaat tidak banyak kegiatan Bu Tiar membuat kue untuk dijual di asrama, dan aku angkat jempol untuk kreatifitasnya ini bahkan aku dorong terus dia untuk berwirausaha. Kopral Bahtiar adalah orang paling beruntung karena mempunyai istri seperti dia. Semua pekerjaan rumah tangga dia selesaikan tanpa melibatkan suami, pak Tiar tinggal terima beres. Bagiku itu luar biasa....
Tidak itu saja, karena seringnya bu Tiar mendampingi aku dalam berbagai kegiatan di Makassar. Ibu Kapaldam sangat terkesan sehingga Bu Tiar pun sering mendapat hadiah dari beliau karena melihat cara kerjanya yang cepat, tepat dan tidak banyak bicara .
Setelah aku beralih tugas dan tidak lagi tinggal di Sambueja Bantimurung Maros, setiap ada kegiatan gabungan di Makassar aku masih sering bertemu dengan Bu Tiar. Masih tetap sama dia masih penuh perhatian pada keluargaku. Dia sering mengirim makanan kesukaan anakku Tegar, menanyakan kabar keluarga. Tapi setahun lalu tepatnya tahun di awal tahun 2009 aku dapat kabar tidak enak, Bu Tiar di vonis sakit kanker mulut rahim stadium 2 dan harus dikemoterapi. Aku bergegas ke rumah sakit dengan sedih, tapi ketika aku bertemu dengan Bu Tiar tak sedikitpun raut sedih diwajahnya, harusnya hari itu aku yang menghiburnya tapi justru dia yang menghiburku dengan segala ketegaran di hatinya. Luar biasa.....!!!
Sejak kemoterapi yang pertama itu aku mulai jarang bertemu dengan Bu Tiar, dia lebih sering di Jeneponto tinggal dengan keluarga besarnya. Meskipun beberapa kali aku masih sempat bertemu dengannya, memang badannya semakin kurus tapi tetap tersenyum dan ceria. Tapi di bulan desember 2009 Bu Tiar masuk RS lagi, ketika aku menjenguknya dia tetap tersenyum meskipun seluruh tubuhnya membengkak karena sel-sel kanker sudah mengerogoti ginjalnya. Dan malam itu aku ngobrol banyak dengan Bu Tiar agar dia tetap semangat seperti biasanya dan tak lupa untuk selalu berdoa. Tapi hari itu menjadi hari terakhirku mengobrol dengan Bu Tiar, karena 2 hari kemudian Bu Tiar koma dan tidak pernah sadar selama 12 hari. Bahkan ketika aku kembali menjenguknya, mengajaknya bicara, menangis di sampingnya Bu Tiar tetap tidak bergerak hanya matanya sempat bergerak-gerak ketika aku bicara. Akhirnya saat itu pun tiba Bu Tiar dipanggil menghadap Nya, tepat disaat negeri ini berkabung kehilangan tokoh besarnya Gus Dur. Disaat negeri ini mengibarkan bendera setengah tiang, akupun mengibarkan bendera setengah tiang di hatiku. Bu Tiar sudah pergi meninggalkan kami semua, dia adalah guruku dalam kehidupan ini. Dari Bu Tiar aku belajar banyak tentang ketulusan, kesetiakawanan dan keikhlasan. Bu Tiar memang bukan siapa-siapa , dia bukan tokoh besar seperti Gus dur tapi walaupun kini Bu Tiar telah pergi , semangatnya masih tetap hidup di hati orang-orang yang pernah mengenalnya.
Selamat jalan Bu Tiar... aku yakin saat ini engkau berada di tempat yang istimewa di sisiNya sesuai dengan amal perbuatanmu..... ( Medio akhir tahun 2009)

01 Januari 2010

Menjadi Ketua Berjiwa Pemimpin

Beberapa waktu lalu mantan anggotaku di kesatuan lama, menelponku intinya dia curhat tentang masalahnya dengan ibu Ketuanya, yang dalam hal ini adalah penggantiku. Masalah berawal dari kesalahpahaman. Si Ibu Ketua mendapat laporan dari anaknya bahwa si anggota meludah di hadapannya, padahal si anggota sedang sakit dia bermasalah dengan pencernaannya dan tanpa sengaja meludah di hadapan anak si ibu Ketua. Akibatnya Ibu dan anak ini mendamprat habis-habisan keluarga anggota tersebut.
Sebenarnya ini bukan yang pertama mantan anggotaku curhat bermasalah dengan ibu Ketua tersebut, jujur sudah ada 4 orang sebelumnya yang mengalami kesalahpahaman dengannya. Masalah yang dihadapi bukan masalah yang besar, hanya masalah kecil yang dibesar-besarkan. Setiap memperoleh laporan dari mantan anggota, aku sangat hati-hati dalam menanggapinya karena aku sudah orang luar bagi mereka, aku tidak bisa ikut campur tangan dalam masalah mereka. Selama ini aku hanya memberikan dukungan moral, mengajak mereka bersabar dan yang pasti menjadi pendengar yang baik buat mereka.
Sangat bisa dipahami mengapa mantan anggotaku masih sering curhat ke aku, karena secara emosional aku dekat dengan mereka meskipun suamiku sudah tidak bertugas di kesatuan itu lagi.
Dimanapun suamiku bertugas aku memang selalu berusaha membangun hubungan kekeluargaan dengan anggota. Kesatuan tempat kami bertugas bagiku adalah sebuah Keluarga Besar, dimana satu sama lain harus saling menjaga persaudaraan. Suamiku selalu mengajarkan bahwa menjadi Ketua itu gampang siapa saja yang ditunjuk bisa menjadi ketua, tapi menjadi Pemimpin, tidak setiap orang bisa menjadi pemimpin. Karena Pemimpin artinya dia adalah orang terdepan yang bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya, harus membawa anggota pada kebaikan, bisa menjadi contoh dan suri tauladan. Setiap menjadi ketua, aku tidak ingin menjadi ketua yang ditakuti tapi aku lebih suka menjadi ketua yang dirindukan. Dalam mengajak anggota untuk berorganisasi aku tidak suka dengan cara keras dan paksaan, tapi aku lebih suka mengajak mereka dengan "daya tarik" , mungkin sebagian orang menggangap aku lemah di depan anggota. Tapi itulah yang aku pelajari dari Cara Rasulullah dan para sahabat berdakwah. Aku membuat anggota merasa nyaman dan terkesan kepada ku, tanpa paksaan sama sekali.
Dalam menghadapi pengurus aku tidak main pukul rata, setiap pengurus aku pelajari satu persatu karakter mereka. Setelah tahu persis karakter mereka baru aku menentukan sikap bagaimana mendekati dan berbicara dengan mereka. Sebagai contoh, si Ibu A mempunya sifat serius tidak suka bercanda, sensitif, dan mudah tersinggung , aku memperlakukan dengan sangat hati-hati kata-kata yang ku pilih sebisa mungkin jangan sampai menyinggung perasaannya karena kalau sampai dia tersinggung dan antipati kepadaku akan sangat susah mengarahkannya. Lain lagi dengan Ibu B dia hobi banget ngobrol, kalau ngomong selalu hal-hal yang tinggi, aku mencoba menjadi pendengar yang baik dan mencoba memancing imajinasinya hasilnya ternyata dia sebenarnya orang yang sangat kreatif dan itu tentu sangat bermanfaat bagi organisasi. Bagaimana cara mempelajari karakter mereka adalah dengan kita sering ngobrol satu persatu dengan mereka, mendengarkan mereka dengan mata dan hati, menjadikan setiap anggota itu istimewa, sehingga mereka percaya kepada kita, merasa nyaman, tidak ada ketakutan dan akhirnya mereka pun menjadikan kita juga istimewa.
Kalau sudah begitu kegiatan organisasi akan berjalan mulus permasalahan dapat ditekan seminimal mungkin. Karena dalam organisasi sangat manusiawi bila terjadi gesekan dan masalah. Tapi bagaimana kita menjadikan masalah besar menjadi kecil, tanpa mengecilkan masalah itu sendiri. Tentu saja itu memang membutuhkan skill, tapi skill yang bisa kita pelajari. Untuk mempelajari hal tersebut dibutuhkan tekad yang kuat bahwa setiap Jabatan adalah amanah yang nanti akan diminta pertanggungjawabannya di Akherat , kita juga harus menjadi contoh yang baik buat anggota baik dalam organisasi maupun kehidupan sehari-hari. Tekadku berjihad dengan menegakkan amar makruf nahi munkar adalah target dan tujuan. Semua itu memang membutuhkan waktu yang agak panjang, berlahan tapi pasti setiap keputusan dan tindakan akan mengarah kesana.
Minimal hasilnya anggota datang ke pertemuan dengan gembira tanpa merasa terpaksa sama sekali. Aku berjanji setiap anggota datang ke pertemuan tidak pulang dengan sia-sia minimal mereka pulang dengan membawa ilmu baru. Setiap pengurus bergiliran memberikan pendidikan anggota, meskipun kadang bahan dan ide aku yang berikan, kadang-kadang aku sendiri yang memberikan pendidikan anggota kepada mereka, tentu saja dengan sebelumnya aku mencari bahan lewat majalah dan internet. Suasana pertemuan selalu heboh dan menggembirakan. Hubungan antara ketua dengan pengurus, pengurus dengan pengurus ataupun pengurus dengan anggota dan antar anggota berjalan penuh persaudaraan dan kekeluargaan. Setiap masalah terselesaikan dengan sangat manis.
Anggota atau pengurus berbuat salah adalah manusiawi toh mereka bukan malaikat yang selalu benar, mereka manusia biasa yang mempunyai kekurangan. Cara menegur mereka pun aku buat sesantai mungkin tanpa bentakan tanpa kata-kata menusuk perasaan, kadang dengan bercanda yang tidak menyinggung perasaan. Dan yang paling utama aku menyadari bahwa dalam suatu organisasi tidak ada yang sempurna, kekurangan adalah milik manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Hubungan keluargaku pun menjadi contoh utama bagi anggota, perselisihan suami istri kami olah menjadi ajang diskusi bukan pertengkaran. Caraku mendidik anak juga akan menjadi panutan bagi anggota. Alhamdullilah anak tunggalku mempunyai prestasi yang membanggakan. Pada intinya kami sekeluarga bahu membahu menjadi contoh terbaik bagi anggota, jadi tidak hanya kata-kata tapi juga dalam praktek kehidupan sehari-hari kami berusaha melakukan yang terbaik meskipun mungkin kami bukan yang terbaik.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi perenungan bagi yang saat ini duduk menjadi ketua atau yang belum menjadi ketua. Aku memang belum menjadi ketua dalam lingkup yang besar, tapi aku selalu mengamati setiap orang yang menjadi Ketua. Hal-hal yang baik dari mereka aku tiru dan hal-hal yang membuat anggota tidak nyaman terhadap sang ketua aku tinggalkan. Setiap Ketua memang punya wewenang tapi bukan untuk sewenang-wenang. Kadang kita menemui anggota yang ketika dipanggil ketuanya ketakutan dan bertanya-tanya sudah berbuat salah apa. Aku lebih suka memanggil anggota dan mereka datang dengan gembira tanpa rasa takut sekalipun. Toh ketua manusia biasa dan bukan monster . Dengan memposisikan diri kita di posisi mereka akan membuat kita memahami apa yang mereka rasakan. Jika kita memahami posisi mereka kita akan bisa mengolah rasa tidak puas terhadap anggota dengan sangat santun dan elegant.