Pengikut

Cari

09 Maret 2009

Harapan dalam Persit

 Sebuah pertanyaan dari seorang ibu Persit, memberikan inspirasi bagiku untuk menulis lagi .
Masalah klasik yang selalu terjadi di semua tingkat organisasi Persit. Dimanapun  kami bertugas aku menghadapi masalah ini. Adanya kesenjangan, diskriminasi, perbedaan status baik antara anggota dengan anggota, pengurus dengan anggota, pengurus dengan pengurus maupun pengurus dengan ketua, ketua dengan anggota. Di setiap level hal ini biasa terjadi. Yang menjadi pertanyaan mengapa hal ini bisa terjadi ? Penyebabnya kurangnya kematangan jiwa dalam berorganisasi. Karena merasa pangkat suami lebih tinggi, maka seorang ibu bersikap seenaknya pada ibu-ibu lain yang pangkat suaminya lebih rendah pangkatnya, atau karena merasa lebih berpendidikan seorang ibu merasa dia paling pintar di banding ibu-ibu yang lain.  Ada juga ibu-ibu yang walaupun masih muda tapi suaminya calon komandan sehingga tidak mau menghormati ibu-ibu lain yang lebih tua. Hal demikian menunjukkan si Ibu itu belum matang jiwanya, akibatkan menimbulkan permasalahan dalam organisasi. Sebenarnya benturan dalam organisasi biasa terjadi, karena bagaimana pun juga kita adalah manusia biasa yang berasal dari latar belakang keluarga, budaya, pendidikan yang berbeda. Tapi semua perbedaan pasti dapat di atasi dengan bijaksana, apabila kita menyadari bahwa kita semua bekerja dalam suatu wadah organisasi Persit yang sama-sama kita cintai. Dalam kehidupan berorganisasi kita harus mampu saling menjaga diri dan menjaga perasaan orang lain, karena kita hadir dan berada dalam wadah yang disebut organisasi. Kita datang dengan pembawaan yang berbeda, baik watak maupun sifat. Akan tetapi meski berbeda, kita dapat menyatu dan bersatu dengan landasan saling menghormati, saling mengasihi dan saling menyayangi, kita dapat saling mengisi.  Sifat egois, mau menang sendiri, merasa lebih daripada yang lain akan merusak kehidupan dalam organisasi. Karena ada pihak-pihak yang merasa dikalahkan, tidak dihargai bahkan merasa tersakiti.
Kita harus sadari bahwa di dalam berorganisasi tidak ada sukses atau keberhasilan yang dihasilkan oleh satu orang saja. Berorganisasi merupakan kerja sama tim atau kerja kolektif, yang setiap orang harus bisa merasa bertanggung jawab pada tugasnya. Bila kita menemukan kesalahan, kekurangan atau kekeliruan pada hasil kerja seseorang, maka yang lain harus memberi  bantuan dan perbaikan dalam bentuk saran atau nasihat dengan cara yang luwes, bersifat kekeluargaan dan persaudaraan. Jangan menggunakan kata-kata yang berkesan menggurui, merasa lebih pintar karena akan menyakitkan rekan kita.  Kita juga harus menghormati orang yang lebih tua meskipun pangkat suaminya di bawah suami kita. Semboyan saling asah, saling asih, dan saling asuh akan sangat berguna dalam hal ini.  
Sebuah harapan bisakah kita ibu-ibu yang bernaung di bawah payung organisasi yang bernama Persit, merasa sebagai satu kesatuan tanpa melihat asal suami, letting suami dan embel-embel lain yang menimbulkan kesenjangan, sehingga anggota Persit bisa saling mempererat tali persaudaraan untuk sukses bersama guna menunjang keberhasilan tugas-tugas berat yang diemban TNI yang kita cintai.