Sejak resmi menyandang gelar ibu Persit pada tanggal 7 Maret 1997 aku tidak langsung aktif di organisasi istri prajurit ini. Bagaimana tidak aku masih tercatat sebagai karyawati sebuah Bank Swasta di Magelang, ijin tidak masuk kantor karena sakit saja susah sekali apalagi minta ijin untuk datang pertemuan Persit. Aku hanya datang Pertemuan kalo aku pas ambil cuti, akibatnya aku sering diomelin ibu-ibu seniorku. He..he aku maklum mereka tidak tahu kondisiku yang waktu itu masih tercatat sebagai karyawan yunior baru 2 th kerja, pengangkatan sebagai karyawan tetap saja baru 1 th, otomatis aku masih dalam penilaian perusahaan. Ibarat pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu aku cuek saja, apalagi seiring waktu berjalan aku mendapat kepercayaan dari perusahaan untuk memperdalam ilmu perbankkan dangan mengikuti beberapa training di kota Solo dan Magelang. Setelah hampir 4 tahun berjalan , dimana aku sudah dikarunia seorang bayi akhirnya aku menyerah ketika aku harus dihadapkan pada pilihan antara karier dan keluarga. Setelah beberapa kali sholat mohon petunjuk aku mantap mengundurkan diri dari perusahaan. Aku yakin rejeki datangnya bisa dari mana saja tidak dari satu tempat. Keluar dari kerja aku benar-benar menikmati peranku sebagai ibu dan istri sepenuhnya, tapi tidak serta merta aku aktif di persit karena anakku masih membutuhkan perhatianku secara extra. Hanya saja setelah anakku berumur 3 tahun aku mulai aktif di persit Jabatan pertamaku di kepengurusan Persit adalah Ketua Seksi Organisasi Ranting 2 Depmipatek Cabang II PCBS Akmil, jabatan itu mengharuskan aku sering berhubungan dengan ibu-ibu pengurus Cabang II Sdirbindik akibatnya aku dipercaya menjadi pengurus Urusan Ekonomi Persit KCK Cab II Sdirbindik PCBS Akmil. Aku juga Aktif ikut kegiatan yang diadakan oleh Cabang, salah satunya adalah senam setiap 2 kali seminggu di gedung Sudirman Panca Arga Magelang. Suatu ketika Ibu Ketua Cabangku Ibu Mardikowoto berkenan mengadakan lomba Poco-Poco Perorangan . Disitu aku tampil mewakili Rantingku dan hasilnya nggak sia-sia aku jadi juara 1 dengan sebutan Queen of Poco-poco. Rupanya lomba ini membuka peluang bagiku. Seiring dengan maraknya lomba poco-poco di mana-mana, tawaran untuk melatih poco-poco mau pun menjadi juri lomba poco-poco pun berdatangan baik dari dalam kesatuan maupun dari berbagai instansi di luar Akmil. Bahkan kantor tempatku bekerja dulu pun sempat mengundangku untuk melatih poco-poco. Hubungan pertemanan ku pun makin luas, imbalan yang aku terima pun lumayan setelah sekian lama hanya menikmati uang suami aku merasakan kembali mempunyai uang hasil keringatku sendiri, puas sekali rasanya. Sementara anakku sudah mulai masuk di sekolah Play Grup, waktuku semakin leluasa. Berbagai macam lomba poco-poco baik di dalam maupun luar kota aku ikuti dengan mengusung nama PCBS AKMIL, meskipun tidak selalu menang tapi pengalaman ku bertambah, disamping itu tawaran untuk tampil menari di berbagi acara pun berdatangan dari acara HUT Persit tingkat Akmil hingga Acara Lepas Sambut Gubernur Akmil. Dengan makin bertambah jam terbang ku aku makin percaya diri, aku mulai berpikir untuk mencari sumber penghasilan lain kebetulan aku berkenalan dengan Mbak Endang , dia ibu dari teman anakku di Play Grup dari awalnya hanya ngobrol-ngorol waktu jemput anak sekolah kami sepakat menjalin hubungan bisnis. Aku ambil barang dari dia lalu ku jual ke teman-temanku, ternyata tidak sesulit yang aku bayangkan jualanku laris manis , aku mulai mengembangkan dengan tidak hanya menjual baju tapi menjual sprei atau penutup tempat tidur yang aku ambil langsung dari pembuatnya di Klaten. Dan itupun berjalan lumayan lancar, dari modal awal hanya 1 juta sampai akhirnya sampai 10 juta modal yang harus aku keluarkan. Selama hampir 3 tahun usahaku berjalan tak terasa tabunganku pun bertambah. Aku memang menerapkan management keuangan usahaku dengan sungguh-sungguh, setiap bulan aku bikin rekap keuangan untuk diriku sendiri. Terhadap langganan aku menerapkan sistim kekeluargaan pada waktu itu prinsipku dari pada aku menyimpan uangku di Bank lebih baik aku putar untuk usaha lumayanlah hasilnya lebih besar daripada hanya mengendap di Bank. Hanya saja memang tidak semuanya mulus ada saja beberapa pembeli yang setelah ambil barang terus kabur nggak pernah melaksanakan pembayaran tapi jumlahnya tidak lebih dari 10 % keuntungan yang aku terima selama ini, jadi ya aku iklaskan saja anggap itu zakat yang harus aku keluarkan.
Pada tahun 2004 suamiku beralih tugas di Pal Akmil, otomatis keanggotaanku di Persit pun beralih. Di tempat baru aku diangkat Sebagai Ketua Seksi Kebudayaan Ranting 2 Pal Cabang III PCBS Akmil, dalam waktu yang hampir bersamaan aku diangkat sebagai pengurus Cabang III Sdirbinlem PCBS Akmil di sie Kebudayaan juga. Usahaku masih berjalan bahkan aku juga mulai melirik usaha membuat kue kering, yang ku beri label " TEGAR COKIES " Sesuai dengan nama anakku. Meskipun usaha ini tidak menghasilkan uang berlebih tapi aku cukup puas karena keuntungan dapat aku pergunakan untuk membelikan bingkisan lebaran untuk anggota.
Di Pal akmil aku menangkap suatu peluang usaha, karena di Pal akmil tidak ada kantin dimana anggota kalo mau makan harus keluar dari lingkungan kantor dengan waktu yang cukup lama. Aku beranikan diri menghadap Kapal Akmil waktu itu Letkol Nur Budi Asmara, ternyata beliau setuju. Akhirnya aku bersama dengan sahabatku Bu Tarman mengumpulkan anggota yang bersedia mengelola kantin persit. Kantin pun berjalan lancar dengan modal awal dari kami pribadi, tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan modal hanya dalam hitungan hari modal sudah kembali keuntungan pun lumayan bisa buat beli pulsa lah, disamping itu tiap bulan kami bisa memberikan intensif ke Bendahara Persit Ranting dan koperasi Pal Akmil. Bersamaan dengan itu aku juga melanjutkan study ku untuk memperdalam ilmu hukum yang selama ini sempat aku lupakan. Aku ambil kuliah Profesi Advokad di UMM Magelang, setelah lulus aku mencoba melamar di LBH UMM Magelang dan diterima menjadi Asisten Advokad. Waktu kuatur sedemikian rupa antara kegiatan Persit dan tugasku di LBH, kebetulan suamiku sedang melaksanakan pendidikan Selapa jadi waktuku setiap pagi hanya mengurus anakku yang sudah mulai masuk SD, baru setelah itu ke Kantin Pal sebentar kemudian berangkat ke LBH, sorenya sambil menunggu si kecil pulang sekolah ( Anakku pulang sekolah jam 16.00 karena bersekolah di sekolah Full Day School) aku menyiapkan masakan yang akan dijual di kantin besok, aku kebagian bikin soto ayam. Meskipun hari-hariku sibuk aku tetap senang melewati hari-hari ku.
Di Pal akmil aku menangkap suatu peluang usaha, karena di Pal akmil tidak ada kantin dimana anggota kalo mau makan harus keluar dari lingkungan kantor dengan waktu yang cukup lama. Aku beranikan diri menghadap Kapal Akmil waktu itu Letkol Nur Budi Asmara, ternyata beliau setuju. Akhirnya aku bersama dengan sahabatku Bu Tarman mengumpulkan anggota yang bersedia mengelola kantin persit. Kantin pun berjalan lancar dengan modal awal dari kami pribadi, tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan modal hanya dalam hitungan hari modal sudah kembali keuntungan pun lumayan bisa buat beli pulsa lah, disamping itu tiap bulan kami bisa memberikan intensif ke Bendahara Persit Ranting dan koperasi Pal Akmil. Bersamaan dengan itu aku juga melanjutkan study ku untuk memperdalam ilmu hukum yang selama ini sempat aku lupakan. Aku ambil kuliah Profesi Advokad di UMM Magelang, setelah lulus aku mencoba melamar di LBH UMM Magelang dan diterima menjadi Asisten Advokad. Waktu kuatur sedemikian rupa antara kegiatan Persit dan tugasku di LBH, kebetulan suamiku sedang melaksanakan pendidikan Selapa jadi waktuku setiap pagi hanya mengurus anakku yang sudah mulai masuk SD, baru setelah itu ke Kantin Pal sebentar kemudian berangkat ke LBH, sorenya sambil menunggu si kecil pulang sekolah ( Anakku pulang sekolah jam 16.00 karena bersekolah di sekolah Full Day School) aku menyiapkan masakan yang akan dijual di kantin besok, aku kebagian bikin soto ayam. Meskipun hari-hariku sibuk aku tetap senang melewati hari-hari ku.
Setelah pendidikan Selapa berakhir suamiku mendapat tugas di Wirabuana, bersamaan dengan itu aku mendapat tawaran untuk bekerja di Yayasan Konsumen yang akan didirikan di Magelang. Sekali lagi aku dihadapkan pada pilihan antara karier dan keluarga. Dan lagi-lagi kecintaanku pada keluarga mengalahkan segalanya. Dengan ihklas aku tinggalkan semua yang telah kuraih dan mengikuti suami bertugas di Makassar. Satu bulan di Makassar aku mendapat kabar aku lulus ujian Advokad tingkat Nasional yang memang sempat aku ikuti 2 hari menjelang aku berangkat ke Makassar. Aku cukup bersyukur karena dari sekian ribu peserta di seluruh Indonesia hanya 30 % yang lulus dan aku termasuk salah satunya. Beberapa bulan di Makassar ada teman yang menawarkan aku untuk eksis lagi di bidang Pengacara, tapi lagi-lagi suamiku harus pindah tugas ke Bantimurung Maros. Apa boleh buat tawaran itu harus aku abaikan dan memilh mendampingi suamiku dimanapun dia bertugas. Pilihan untuk mengikuti suami ditempat terpencil ternyata bukan pilihan yang salah. Meskipun tadinya aku berpikir tidak dapat berbuat banyak nyatanya banyak sekali yang bisa aku kerjakan, setiap sore aku kumpulkan anak-anak anggota untuk belajar bahasa Inggris dengan suka rela alias gratis. Aku juga ingin setiap anggotaku pintar, aku pinjamkan buku-buku pada mereka, aku juga ajarkan membuat dan menghias kue, memasang payet, memanfaatkan barang-barang bekas dan tentu saja mengajari senam poco-poco, reggae, cha-cha, skj agar mereka sehat. Kami juga sempat 2 kali di percaya untuk mewakili Paldam VI/Wirabuana untuk mengikuti lomba bugar dan lomba Reggae, juga lomba membuat tumpeng. Aku juga mendorong anggota untuk berwirausaha kecil-kecilan. Rasanya bahagia sekali bisa bermanfaat buat orang lain. Aku sering tersenyum sendiri melihat anak-anak anggota yang bernyanyi lagu anak-anak dalam bahasa Inggris yang aku ajarkan atau mereka mengucapkan salam kepadaku dalam bahasa Inggris ( Aku mewajibkan mereka menyapa dengan menggunakan bahasa Inggris setiap bertemu dengan ku ) Sebagai Ketua Anak Ranting aku tidak mewajibkan anggotaku yang bekerja untuk aktif ikut kegiatan Persit. Karena aku pernah merasakan jadi karyawan, jadi aku sangat paham kondisi mereka. Dan bagi yang punya bayi aku juga memaklumi bila mereka tidak bisa aktif, bagiku yang penting mereka bisa menjalankan tugas sebagai ibu dan istri dengan baik di keluarganya dan Persit sifatnya hanya sebagai penunjang.
Ada pertemuan ada pula perpisahan, setelah 1,5 th bertugas di Bantimurung Maros suami beralih tugas lagi ke Makassar sampai sekarang. Kesibukan ku hanya di Ranting Paldam VII/Wrb, dan Yayasan Kartika . Di Anak Ranting agak susah mengaktifkan anggota karena mereka tinggal berjauhan, untuk datang pertemuan di kantor saja mereka harus berganti-ganti angkutan. Saat ini aku sedang mulai menekuni lagi hobi lamaku selama kuliah yaitu menulis. Tunggu tulisan-tulisan ku lagi ya.......